Liitle Things

Dulu, aku sering berfikir bagaimana dan seperti apa orang-orang yang akan saya temui kelak.
Dulu, dalam benakku, beranggapan bahwa orang-orang yang berpendidikan itu akan lebih mudah diajak bicara, akan lebih mudah diajak untuk mengerti, dan lebih tahu makna dari tanggung jawab.
Ya, (lebih sering) kenyataan tak seperti yang dipikirkan dan diangankan. Kadang sejalan, kadang melenceng, bahkan terkadang melenceng (sangat) jauh.
Hal kecil dianggap sepele kemudian ditinggalkan, kebanyakan cenderung mengejar hal-hal yang besar.
Bagaimana mungkin hal-hal besar tercapai jika tidak melalui hal-hal kecil?
Bagaimana mungkin pelari marathon mampu berlari berkilo-kilo meter hingga sampai ke tujuan jika tidak mengambil ancang-ancang terlebih dahulu? Ya, ancang-ancang mereka sederhana, cukup menunduk, cukup merendah. Cukup sederhana, bukan?
Banyak yang lupa akan hal ini.

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10)
 Jayanti M.M.S.

Rumah Manis Rumah


Hujan, bukannya aku tidak suka kalo kamu datang. Sungguh bukan.
Bukan pula karena aku enggan berbecek-becek ria. Bukan demikian.
Kamu tau kenapa? Karena kalo kamu datang, kamu selalu datang sepaket dengan rindu.
Rindu yang membawa pikiran berlari kesana-kemari.
Rindu yang susah diminimalisir.
Rindu yang berbading lurus dengan curah hujan yang turun.
Jika hujan telah reda, kamu pikir rindu itu akan mereda juga?
Tidak. Kamu bisa lihat. Kamu meninggalkan bekas, tanah masih basah karenamu.
Kamu tau artinya, rindu itu masih ada, rindu itu membekas.

Cepat sembuh, Ma c':