21 Juni 2013



"Serumit apapun jalan yang kamu lalui, pastilah akan mengantarkanmu pada tujuan. Ini hanya masalah waktu, Kawan." - Jayanti M.M.S.
Juni dan Bandara biasanya selalu menyenangkan. 
Ya, semenjak kuliah, Juni dan Bandara selalu menjadi waktu yang dinanti.
Ada yang berbeda di Juni dan Bandara kali ini. 
Tujuan yang berbeda dari biasanya, kali ini bukanlah Tanah Sunda yang menjadi tujunku. Sebuah provinsi di Utara Indonesia, salah satu kota yang ada dalam list "I'll be There"ku, Manado.

Terasa sedikit aneh saat hendak keluar dari kost, tidak ada seorang pun yang bisa kupamiti. Kebanyakan sudah pulang kampung, sementara yang masih tinggal nampaknya sedang pergi. Entah kemana.
Kamu tahu rasanya mau pergi jauh tapi tidak pamit dulu? Atau lebih tepatnya tidak ada yang dipamiti?
Sedih.

Sampai di Bandara Sultan Hasanuddin, waktu itu kami sewa taksi bertiga. Taktik anak kost untuk menghemat cost. Ria dan Winria lah yang menjadi teman sepertaktikan itu.
Terlihat sudah ada beberapa pasukan Merah yang tengah berkumpul di terminal keberangkatan. Tidak seberuntung teman-teman yang lain, senang bercampur sedih melihat teman-teman yang diantar oleh orang tua mereka. Sudahlah, demi misi kemanusiaan - KKN - liburan kali ini tidak usah pulang, liburan kali ini menampung rindu dulu. 

Ada Yayu dan Unhy yang datang untuk sekedar melepas keberangkatan kami di Bandara siang itu, padahal pada malam harinya mereka juga akan berangkan ke lokasi KKN mereka masing-masing. Apa artinya? Tidak ada yang mengantar mereka ke Kampus nanti malam. Terima kasih kawan karna sudah dan selalu berusaha untuk menjadi teman terbaik.

Kiri-Kanan : Juanda, Icha, Unhy, Ria, Me, Yayu, Ayu, dan Darmin (Foto By : Muhammad Fadhly)


Masuk ke dalam pesawat, waktu itu Saya duduk di kursi nomor 11D, namun karena ada keluarga yang baik hati akhirnya saya bisa duduk di pinggir jendela. Saat pesawat akan take off, dari posisi di tempat saya duduk, saya bisa melihat patung Sultan Hasanuddin berdiri dengan tegapnya dari arah jam satu. Langit jingga yang menjadi latar patung itu menambah keindahan pemandangan yang tercipta.

Saya kira pemandangan terindah di tanggal 21 Juni 2013 sudah diperlihatkan oleh semesta pada saat pesawat take off . Ternyata saya terlalu cepat mengambil kesimpulan, Kawan. Masih di kursi 11F, saya melihat ribuan lampu berkedip-kedip seakan menyambut kedatangan kami - Mahasiswa KKN Miangas- di Kota Manado. Mataku tak mau lepas dari kumpulan lampu-lampu itu, rasanya masih ingin berlama-lama diposisi ini. Indah, sangat indah. 

Pikiranku langsung teringat pada seorang sosok yang kukenal dari buku yang  kubaca waktu SD. Dia adalah Thomas Alfa Adison, sang penemu bola lampu. Jika dilihat secara fisik, penemuannya kecil. Tapi memberikan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Semua orang pasti setuju, kalau satu demi satu bola lampu berkumpul dapat menghasilkan landscape yang indah.

Keindahan, saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menggemari kata ini. Ya, itulah kesimpulan untuk 21 Juni 2013.  Keindahan.

Seperti kumpulan bola lampu yang kita lihat saat pesawat mendarat. Jika masing-masing dari kita, Peserta KKN Miangas, adalah bola lampu, maka kita perlu menyatu agar bisa menjadi terang dan menjadi indah di tempat dimana kita ditempatkan :)

The Journey just begin.