Selamat Hari Blog Nasional

    Hallo yang matanya lagi tertuju kepada kumpulan alfabet yang saya ketik ini, semoga kamu sehat-sehat aja ya :)

    Hari ini, 27 Oktober  yang merupakan hari blog nasional. Saya tau hal ini dari tweet salah satu lembaga yang saya folllow di twitter, dan saya baru tau lho kalo ternyata ada juga hari blog nasional. Ya, dalam hal ini jejaring sosial ini memberikan nilai informasi kepada saya.

*Sumber  gambar : Google*

    Gak tau kenapa, setelah baca tweet tadi saya langsung terpanggil ajah gitu buat menulis, ya daripada nothing to do. Ya gak?

    Kalo ditanya kenapa sih harus nulis? Kenapa juga harus di blog? Simple aja sih, hobi orang kan beda-beda dan itu semua tergantung pilihannya orang. Hehe. Terus kenapa saya nge-Blog? Jawabannya simple, cukup baca deskripsi mengenai saya saja yang ada di samping kanan :) Yakin deh, kalo yang namanya tulisan di blog gak bakalan hilang walaupun diterjang sama Badai Katrina sekalipun (Oke. kali ini saya berlebihan).

     Intinya tulisan ini cuma ucapan selamat saja. Selamat Hari Blog Nasional. Terima kasih kepada sang penemu blog (i.d.k who), temuanmu memberikan banyak manfaat untukku :) Siapapun kamu, semoga kamu diberkati.

Tulisan dari :
Jayani MMS.

Inilah alasannya, karena bahagia itu sederhana.


Karena bola itu bundar, bukan segitiga, apalagi trapesium.
 
   Sekarang masih jam 02.27 WITA, sambil nunggu Liga Champions (Dorthmund x Real Madrid) main, saya pengen nge-post dulu. Jujur saya nge-post ini karena lagi mau jujur.

      Masih segar banget ingatan saya akan kuliah Opini Publik dan Pencitraan di ruang A1 tadi siang, dan tadi yang ngajar adalah Kak Riza. Singkat cerita, tadi kami lagi diskusi mengenai Opini dan Publik dari fotocopy-an yang dibagi sama Kak Fadhly tadi. Kami pun mulai bahas materi, bla bla bla and bla bla bla. Gak lama kemudian mulailah kami membicarakan hal yang (secara pribadi) menjadi pikiran buat saya.

     Intinya kami itu tadi membahas menganai orang yang maniak Bola, kami mulai membahas satu persatu nama klun dan nama fansclub-nya. Mulai dari Internisti, Milanisti, Liverpooldian, Bacelonista, dan terakhir disebutlah Madridista. Sontak teman-teman dekat saya langsung mengarahkan matanya pada saya. Saya masih nyantai dan biasa aja ketika itu, tetep kalem dan mendengarkan penjelasan Kak Riza.

      Gak lama kemudian, perbincangan menjadi semakin meluas, dan masih "hal itu" yang dibahas. Kali ini Kak Riza mulai bahas live tweet yang dilakukan oleh banyak orang. Saya tertampar, dan teman-temanku yang lain juga mulai "menaikan arisanku." Agak heran juga sih saya, kenapa harus Real Madrid terus yang disebut? dan saya semakin kaget ketika kata "Bernabeu" disebut. Entah kenapa Kak Riza memilih nama Stadion itu yang disebut, padahalkan masih banyak Stadion lainnya yang gak kalah terkenalnya, seperti San Sirro, Old Trafford, Camp Nou, dll (Dan nyatalah arisanku benar-benar naik-saya menjadi bahan ejekan di kelas).

       Kalo ditanya "Apa sih untungnya nonton bola? Okelah kalo Team-mu menang, tapi kan cuma mereka yang senang, nah kamu dapat apa? Okelah kamu lihat permainan yang indah, kemudian?" 

       Saya cuma diam dan membiarkan teman-temanku men-Cc-kan kata-katanya Kak Riza pada saya. Hngga berakhirnya kelas saya diam. Tapi tidak pada postingan ini, saya tidak sedang diam.

          Memang sih sebagai Anak Komunikasi saya harus bijak menggunakan sosial media yang ada, status FB, Twitter, dan lain sebagainya. Ini memang benar, saya dukung malah untuk hal yang satu ini. Tapi saya gak bisa muna. Contohnya mengenai tweet-tweet saya di twitter yang mungkin sebagian banyak orang mengira kalo twitter saya itu setengah Fan Page-nya Pemain Bola. Bukannya saya korban media, tapi coba deh pikir lagi, bukan kah dengan "menilai" saya via twitter, itu berarti kalo yang menilai juga merupakan koban sosial media? Terus sekarang yang salah siapa dong? Rumput di Bernabeu, gitu?
Santiago Bernabeu

Santiago Bernabeu (again)

          Setiap orang pastilah punya idola masing-masing, yang memiliki kahlian di bidangnya masing-masing. Misalnya temanku Thiwi yang suka sama David Archuleta, atau Kaderia yang suka sama OK Taecyon, atau mungkin Yayu yang suka sama Putra Nababan (kebetulan beliau juga idola saya), atau Pipi yang suka sama Logan, dan saya yang suka sama Ricardo Kaka.Gak heran dong kalo kita follow akunnya idola kita? Follow hal-hal yang berbau dengan idola kita? Yakan?
Ricardo Izecson Dos Santos Leite
Idola saya semenjak SMP
           Buat saya pribadi twitter itu bukan hanya sekedar jejaring sosial belaka, tapi melampaui itu. Twitter merupakan jarak terdekat saya sama idola saya. Dimana lagi coba saya bisa negur langsung idola sendiri kalo bukan via twitter. Instagram? Ya, kan ane kagak punya kalo yang itu mah.OK lanjut. Menggunakan jejaring sosial untuk hal-hal seperti menegur idola menurutku tidak salah, namanya juga jejaring sosial

            Kembali bahas masalah tadi. "Apa untungnya kamu nonton bola?" Saya berani jawab "BANYAK!" Nih, saya paparin alasannya :
  1. Ketika nonton Bola saya bisa belajar mengenai Fair Play, Team-Work, dan Respect. Kalu bisa belajar hanya dengan melihat layar kaca saja, gak harus bacabuku, gak harus alami sendiri!
  2. Ketika nonton bola saya bisa belajar untuk memahami raut wajah mereka. Pernah  terbesit di kepala ku hal kayak begini : Ketika saya nyantai nonton bola sambil nongkrong bareng teman atau keluarga, ada loh orang yang diluar sana yang jadi tontonan orang lain, yang keringetan, yang lari kesana-kesini, dan memang itu pekerjaannya, kemudian dicela orang lain  dan dimaki hanya karna main buruk atau membuat keputusan yang tidak adil (dalam hal ini wasit).
  3. Ketika nonton bola biasanya banyak orang yang sengaja berkumpul bersama untuk nonton. Bukannya disitu bisa menjadi saran untuk bersosialisasi? Semua mata tertuju pada 22 orang yang ada di atas lapangan. Bukankah pertandingan kulit bundar itu sangat membantu untuk hal-hal seperti ini.
  4. Ketika nonton bola bukan cuma saya yang nonton, saya ingat juga yang di luar sana ada yang nonton pertandingan yang sama dengan cara yang berbeda. Kalo mungkin sebagian orang nonton di rumah, di Restoran mewah, ada loh sebagian orang lainnya yang cuma nonton di warung-warung kecil pinggir jalan sambil minum kopi. Bukannya itu bisa nambah penghasilan teman kita yang cari makan dengan cara berjualan? Peka dong.
  5. Ketika nonton bolasaya bisa belajar kalo olahraga itu penting untuk kesehatan.
  6. Ketika nonton bola saya merasa seperti menonton Premiere sebuah film baru yang dikemas dalam 2x45 menit secara bersamaan dengan orang lain di seluruh dunia, dimana gak ada satupun yang tau hasil akhirnya bakal gimana? Bukankah itu sebuah kejutan?
  7. Ketika nonton film saya bisa liat belajar mengenai teknologi, biar sedikit. Cara para Fotografer yang stanby membidik gambar, cara kameramen merekam, dan saya belajar.
  8. Ketika nonton bola saya belajar Bahasa Inggris. Ya, saya belajar listening. Saya belajar bagaimana cara memberi stress pada sebuah kalimat, juga pronountation. Saya belajar dari komentator yang bahkan saya tidak tahu siapa dia.
  9. Ketika menonton bola saya bisa lihat langsung idola saya, Ricardo Kaka. Walau terpisah layar kaca, lantas mengapa? Bahagia itu sederhana, dan jarak itu hanya setipis layar televisi.Itu pandanganku, saya tidak bermaksud agar pandanganmu sama seperti pandanganku. 
  10. Ketika saya menunggu pertandingan bola, saya belajar menulis, dan inilah hasilnya. Begadang yag bekualitas, semoga.
   Saya hanya mengungkapkan beberapa alasan saja, dan memberi penjelasan kalo nonton bola itu gak buang-buang waktu. Setiap hal memiliki sisi positif, hal tergantung kita, bisa atau tidak melihat hal yang postif itu bahkan dalam hal yang sederhana sekalipun.

With lots of love.
Jayanti. 

         
        

This is your 8th October, Mom :)


Mamaku bukanlah bukanlah seseorang Sarjana Pendidikan, tapi bagiku dia adalah pendidik terbaik yang pernah ada. Mama medidikku dengan caranya, karna dia aku bisa, karna dia aku mengenal dunia ;)

Mamaku bukanlah seseorang Sarjana Ekonomi, tapi bagiku dia adalah seorang manajer dengan kemampuan manajemen terkeren yang pernah ada. Mama me-manage waktukku dan mengajarkan kepadaku untuk menghargai waktu :D

Mamaku bukanlah seorang Sarjana Psikologi, tapi bagiku dia adalah psikolog terhebat yang pernah ada. Hanya dengan melihat gerak-gerikku. Saya senang, Mama tahu. Saya sedih, apalagi. Itu Mamaku :')

Mamaku bukan seorang Sarjana Theologia, tapi bagiku dia adalah pengkhotbah keren yang tidak kalah dengan Pendeta-Pendeta di luar sana. Ketika anaknya mulai menyimpang, dia mengegur dan mengingatkan dengan caranya sendiri :)

Mamaku buka seorang Sarjana Hukum, tapi bagiku dia adalah Advokat terluar-biasa yang pernah ada. Mama tahu siapa yang pantas dan tidak pantas dibela kala kami-anak-anaknya- bertengkar.

Mamaku juga bukan seorang Dokter, tapi bagiku dia adalah dokter tersiaga yang pernah ada. Ya, Dokter terbaik dengan resep tradisional yang unik yang diketahuinya ;)

Mamaku mungkin datang dari latar pendidikan yang biasa-biasa saja, TAPI Bagiku Mama adalah seorang Profesor. Ya, Profesor yang memahami dan mengerti kami, anak-anaknya.

Mamaku, ya itu baru sedikit gambaran kecil tentang Mamaku. Wanita Oktober kami yang sangat kami cintai :*

Selamat Ulang Tahun Mama, panjang umur dan sehat selalu. Kebahagiaan dan sukacita itulah yang senantiasa kami usahakan untuk kami berikan kepadamu. Bahkan perpaduan huruf A-Z pun tidak dapat menggambarkan betapa berharganya Mama bagi kami. 

Terima Kasih untuk semuanya Mama. You are my Everything :)
Peluk Cium untukmu dari anakmu yang sedang rindu.
God Bless You Mom, My Treasure 



SNSD


Ketika mendengar kata SNSD sebagian besar orang pasti akan langsung membayangkan sosok girlband asal korea yang booming sejak 2007. Namun, tidak demikian dengan tulisan ini. Ya, saya tidak sedang berbicara megenai Yoona, Soo Young, Tiffany, Sunny,  dkk. Ini persoalan beda, Kawan. Social Networking Social Distortion, that’s what I want to talk about.
            Berbicara mengenai social Networking saya menjadi teringat pada masa-masa kejayaan Friendster. Ya, Friendster di Indonesia bisa diibaratkan Kerajaan Kutai. Yang pertama dan besar, namun lama kelamaan kehilangan masa kejayaan dan tergantikan oleh sosial media lainnya. Jika sekarang stalking dilakukan secara diam-diam, beda halnya pada masa kejayaan Frienster. Saya masih ingat sekali dengan testimony semacan ini “Just View? Commentnya dong!” Ya, stalking pada masa Friendster agak sulit dilakukan karena akan ketahuan oleh si empunya Sosial Media. Tapi bukan berarti di jaman sekarang tidak bisa melakukan hal seperti itu lho,sudah banyak applikasi yang diciptakan untuk mengetahui siapa yang mengintip jejaring sosial kita. Padas facebook misalnya, Aplikasi Who’s viewed my profil sudah taka asing lagi bagi para penggunanya.
            Kata “stalking” mulai populer akhir-akhir ini. Jika saya dapat member definisi, stalking merupakan kegiatan mengintai kegiatan orang lain secara diam-diam, dan orang yang melakukan hal tersebut disebut dengan “stalker.” Tak heran banyak orang yang merasa “terganggu” dengan kegiatan tersebut. Mungkin kita sudah biasa melihat Facebook dan Twitter yang digembok oleh empunyanya, memang hal itu menurut mereka baik karena bertujuan untuk menjaga privasi mereka. Namun pertanyaan yang sering muncul di benak saya adalah, “Kalo begitu nagapain dong bikin jejaring sosial segala kalo ujung-ujungnya digembok juga? Namanya juga jejaring sosial, ya tujuannya untuk bersosialisasi dong” Kalo takut di-stalkingin ya jangan juga kasih informasi yang ekstreem seperti alamat rumah lengkap dengan nomor telepon. Tapi sejauh ini saya belum nemu orang yang secara detail memberikan identitas dirinya. Masing-masing dari kita bertanggung jawab atas diri sendiri dan  tau apa yang harus dibagi dan yang tidak harus dibagi. Ya, tiap orang pasti memiliki alasan masing-masing atas apa yang dipilihnya.
            Di dunia maya, kita bisa membagi apa yang tidak bisa kita bagi secara langsung kepada banyak orang di dunia nyata. Status atau tweet yang berfifat informatif dan edukatif misalnya, atau opini yang dituangkan dalam sebuah tulisan di blog, dan lain sebagainya. Begitu banyak hal yang bisa dibagi, dan itu tergantung pada pribadi kita masing-masing yang bersedia berbagi atau tidak.
            Tak dapat dipungkiri sosial media mugkin sudah menjadi salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh beberapa orang, tidak hanya oleh kalangan atas saja, bahkan kalangan menengah ke bawah pun sudah tidak asing dengan hal yang satu ini. Mulai dari anak kecil, muda-mudi hingga dewasa atau masyarakat biasa bahkan sampai kalangan elite sekali pun.  
            Sosial Networking pada dasarnya bertujuan untuk menghubungkan antara satu dan lainnya, ya bisa dibilang sebagai sarana untuk bersosialisasi di dunia maya. Namun, apa jadinya kalau sarana sosial itu malah menjadi sarana perpecahan? Belakangan ini sudah ada beberapa kasus penyalahgunaan sosial media. Tweet War yang dilakukan oleh para  selebriti misalnya, hal ini jelas-jelas merupakan penyalah gunaan sosial media yang ada. Yeah, Aim of Social media is not  for social distortion.
            Seiring dengan perkembangan jaman, sosial media yang ada pun menjadi bertambah banyak dan beragam. Contohnya ada Facebook, Twitter, Plurk, Skype, dan lain sebagainya. Terima Kasih banyak untuk para penemu sosial media, setidaknya, berkatmu aku  bisa membangun jembatan untuk menyapa dengan idolaku.
            Banyaknya sosial media yang ada pada saat ini tidak menjamin semakin banyaknya relasi antar sartu orang dan lainnya terjalin, bahkan ada yang malah menjadi sebaliknya. Oleh karena itu kita harus bijak dalam menggunakan sosial media. Kerukunan pasti akan terjadi jika kita semua bisa saling menghargai dan menghormati anatara satu dan lainnya. Ciptakanlah kedamaian, meskipun itu hanya didunia maya J (JaMur)